Review New Brio Satya E CVT (2016)

Review Brio sudah cukup banyak, tapi sepertinya belum ada yang menulis pengalaman tentang versi Brio Facelift E CVT. Sayangnya saya pengguna Picanto manual, jadi tidak bisa membandingkan dengan Brio versi AT sebelumnya.

brio

Alasan pemilihan sudah ditulis di posting sebelumnya.

Ini review dari pertama kali mendapat unit, dan terus diupdate sejalan dengan pemakaian:

Update Jan 2023: Coba Vivo dari sebelumya Shell dan menurut saya ini lebih enak daripada Shell, jadi agak nyentak sih, tapi tenaganya lebih enak.

Update Juli 2022: Coba pindah ke Pertamax karena Shell sangat mahal (12500 vs 19000). Pertamax lebih terasa lebih halus tapi tenaganya lebih kurang dibandingkan Shell.

Update Maret 2021: Sudah  5 tahun menggunakan Brio, dan sampai sekarang tidak ada masalah samasekali dan semua masih enak. Service di bengkel resmi sekitar setahun sekali.

Update Des 2019: Konsumsi BBM 10.8.  Memang menggunakan mode S terus.

Update Juli 2019: Dibawa untuk mencoba tol trans Jawa sampai Semarang.  Pertama kali dibawa mentok di 140kpj dan kena limiter.  Cukup nyaman, masalah utama tetap pada peredaman suara dan kualitas interior yang gampang berbunyi jika kena getaran.

Update Sept  2018:  Head unit  (JVC) tidak mau membaca USB, dan kadang saat mobil dinyalakan head unitnya  tidak menyala. Sempat mau dibawa ke bengkel, ternyata solusinya gampang: tusuk tombol reset di kiri bawah (bukan lubangnya, tapi titik kecil di atas lubang) dengan tusuk gigi.

Ban depan kiri berkurang 2psi tiap bulan, sedangkan ban depan kanan tidak. Sudah ke dua tempat tidak ditemukan bocornya dimana. Jangan-jangan masalah di peleknya. Update: beli ban baru (sekitar 600rb) dan masalahnya hilang.

Update Apr 2018:
Pindah pengisian ke pombensin Total dan efeknya bagus:  nyendat hilang,  mobil tidak bergetar dan tenaga jauh lebih baik dibandingkan Shell.

Update Feb 2018
Alarm standard Brio ternyata tidak bunyi walaupun pintu terbuka  😦  Tadi di parkiran hampir 15 menit pintu bagasi terbuka lebar. Saya lupa tutup, tekan tombol lock dan pergi. Untungnya tidak ada yang hilang.  Kalau kita lupa menekan tombol lock, saat orang buka pintu  alarm juga tidak berbunyi.

Update Juni 2017
Konsumsi BBM sekarang 11.3km/l  (Shell Super, dalam kota Bandung), sekarang lebih banyak menggunakan D daripada S.


Update Jan 2017: Konsumsi bahan bakar stabil di kisaran 10.5 km/l dalam kota Bandung, kebanyakan menggunakan mode S, tanpa lewat jalan tol dan jalanan relatif tidak macet. Ini lebih baik daripada Picanto manual saya yang hanya bisa 9 sd 10 km/l.  Ternyata sudah tidak berlaku lagi mobil matic lebih boros daripada manual 🙂 BBM yang digunakan adalah Shell Super. Saat saya coba Vpower malah jadi lelet. Kenapa bukan Pertamax? karena dulu Picanto sering ngelitik saat diisi pertamax dan baru berhenti ngelitiknya setelah diberi Shell Super. Kalau mau irit (11km/l), harus menggunakan mode D daripada S, tapi tidak nyaman. Karena perjalanan saya hanya sekitar 15km per hari, ya pilih S saja 🙂

–endupdate


  1. Fitur keamanan termasuk paling lengkap di kelasnya: dual airbag, ABS+EBD, pretensioner seatbelt.  Update: sudah ada skor ASEAN NCAP, 4 bintang untuk penumpang, tapi hanya 2 bintang untuk penumpang anak. Video crash test-nya: https://www.youtube.com/watch?v=AOZwI5IB5wc
  2. Interior ceria sekali warnanya, tapi langsung kebayang akan gampang kotor. Tampilan dashboard sih bagus,  tapi kalau dipegang-pegang terasa sangat tipis dan ada beberapa bagian yang tidak presisi (sudah sering dibahas). Ada bagian yang menggantung seperti dibagian bawah setir yang mengingatkan saya pada ember plastik saking tipisnya hehe. Picanto lebih bagus untuk ini. Update: setelah 2 minggu mulai ada suara halus dari dashboard tengah. Update Nov 2016: suara hilang sendiri.
  3. Body lebih tebal daripada picanto tapi ya tetap saja termasuk tipis.
  4. Bagasi lebih kecil daripada Picanto dan baris kedua juga lebih sempit. Tidak terlalu masalah bagi saya karena karena mobil kebanyakan digunakan hanya untuk berdua dan bagasi jarang digunakan.
  5. Suspensi empuk dan enak untuk jalanan tidak rata dan polisitidur, bantingan saat belok juga jauh lebih kecil dibandingkan Picanto. Setir juga lebih ringan.
  6. Rem akurat. Ini kelemahan utama picanto dan alasan utama saya memilih mobil yang ada ABS+EBD-nya. Update: kalau kecepatan rendah di turunan, rem sering berbunyi kreok-kreok.
  7. Suara mesin dan AC keras. Beda dengan picanto yang hening. Peredaman kolong sepertinya lebih baik daripada Picanto. Suara dari luar dan suara ban lumayan tidak terlalu terdengar (tapi tetap parah sih kalau kecepatan >60). Yang paling menggangu adalah suara kalau hujan, sangat berisik  serasa di bawah atap seng. Mau pasang peredam tapi khawatir jadi rusak atau kotor.
  8. Mesin terasa tenaganya saat ditanjakan, akselerasi juga enak. Saat coba di tol, tidak terasa mencapai 120kpj. Di kecepatan tinggi jauh lebih stabil dari picanto (lebih rendah gc-nya?). Menurut  Autobild, 0-100kpj memerlukan 11.8 detik, lebih lumayan dengan Picanto yang 15 detikan. Update: versi otodriver  12.9 detik untuk mencapai 100kpj.
  9. Saat injak gas untuk menyalip memang ada delay (beberapa menyebut lag).  Dari yang saya baca, ini karena karakter mesin i-VTEC-nya(?). Mungkin saat RPM rendah, dia masuk ke mode irit dan pada RPM tertentu baru masuk ke mode kinerja tinggi. Terasa aneh,  seperti tidak linear percepatannya,  RPM naik dulu  baru wuss. Suara mesinnya sih jadi asyik hehe (malu juga sih, suara saja yang keras). Atau ini mungkin efek “rubberband” dari CVT?  Efek ini membuat perlu hati-hati saat mau menyalip mobil dari kecepatan rendah, karena kita perlu waktu untuk mendapat percepatan apalagi nyalip di tanjakan.
  10. Terkait masalah lag, saya merasa kalau saya menyetir dari awal agresif, maka mobil akan lebih responsif, mungkin karena RPM-nya jadi relatif tinggi terus. Jadi sepertinya Brio ini enak digunakan santai sekalian atau agresif sekalian.
  11. Saat turun kurang terasa  engine break-nya, perlu lebih hati-hati atau menggunakan mode S. Saya baca ini untuk menghemat BBM.
  12.  Coba mode S sebentar (ingat, pindah mode  harus lepas gas dulu agar tidak merusak transmisi), RPM lebih tinggi, suara mesin terdengar dan tenaga lebih besar, tapi delay sih tetap ada walau jauh berkurang. Bagus sekali untuk tanjakan saat macet. Susahnya saat mau masuk lagi ke D, eh malah kelewat masuk ke N, tuas giginya lurus sih.
  13. Coba mode S untuk perjalanan biasa, jauh lebih enak, mobil jadi lebih responsif. Suara mesin memang agak keras, tapi setelah beberapa lama tidak terdengar lagi karena terbiasa. Cuma lampu eco tidak pernah muncul hehe, sepertinya BBM akan lebih boros. Pertanyaannya seberapa boros? kalau tidak jauh beda saya lebih baik pake mode S (ketagihan nih). Kapan-kapan mau saya test konsumsi BBM dengan mode S terus. Dari sekilas, konsumsi BBM tidak turun, mungkin karena sebenarnya kalau di lalulintas yang lancar, mode D sama borosnya karena cenderung menekan gas lebih agresif. Enaknya mode S, tenaga tetap ada saat berbelok, kalau mode D sepertinya RPM turun drastis saat gas diangkat (sebelum belok), ini menyebabkan nyendat saat di gas lagi. Jadi terpaksa harus halus, tapi kalau terlalu halus kadang-kadang malah berbahaya karena orang lain mengira kita memberi mereka jalan. Update: konsumsi turun 0.5 km/liter jika menggunakan S, masih bisa diterima menurut saya.
  14. Lampu terang, dan sekarang di varian E sudah ada fog lamp-nya. Dibandingkan Picanto, jauh lebih terang dan enak untuk nyetir di malam hari.
  15. Seatbelt jauh lebih ringan ditarik daripada picanto, mungkin ini karena ada pretensionernya?  Tidak terlalu penting, tapi terasa sekali bedanya (komentar istri juga sama). Fitur pretensioner ini juga sebenarnya fitur keamanan yang penting karena saat terjadi kecelakaan, seatbelt akan mengencang otomatis sehingga pengemudi “terpaku” pada kursi dan mencegah cedera akibat tekanan seatbelt.
  16. Bau luar masuk ke dalam. Kaget saat dekat bis, kok jadi bau solar?  Setelah baca, ada yang bilang nanti bisa diperbaiki saat service 1000 km (flap di kap mesin dikencangkan?) katanya juga AC di Brio tidak diberi filter AC, jadi sekalian nanti ditambah. Update: sekarang sudah hilang, lupa saya sampaikan saat service 1 bulan. Update: bau masih kadang-kadang terasa, nanti di service 5000km akan saya tanyakan. Update: bengkel tidak dapat menemukan masalahnya (dicoba tdk ada bau luar masuk katanya).
  17. 2 Sept 2016: tambah sendiri filter kabin AC, karena bengkel resmi Honda tidak mau (kata service advisor  harus pesan dulu dan ganti dudukan dan minta biaya 900rb, apaan?). Banyak petunjuk pemasangannya di YouTube kok. Beli di tokopedia, tapi saya salah beli, harusnya beli yang sekalian ada cover. Karena saya tidak punya cover maka saya menggunakan tutup yang lama,  dipotong sebagian, lalu ditempel ulang dengan lakban. Efeknya filternya kepanjangan 😦  Harus dipotong sekitar 4 cm. Bagusnya, tidak seperti video di youtube, glovebox tidak perlu dilepas total, cukup diturunkan saja, ganjal sedikit. Akan saya cek 3 bulan kedepan. Enak ini, bisa ganti sendiri dengan gampang. Jangan lupa airflownya dari atas ke bawah, saya sempat kebalik pasangnya.
  18. Untuk kasus tanjakan, saat rem diangkat enaknya mobil tidak mundur (tapi jangan lama-lama,  gunakan rem tangan jika lama). Saya belum menemukan tanjakan yang membuat Brio mundur saat rem diangkat. Enak banget ini untuk macet ditanjakan kalau dibandingkan transmisi manual yang harus menggunakan rem tangan.  Tapi hati-hati kalau mau menyalip di tanjakan (berakselerasi mendadak di tanjakan) di buku manual ada peringatan bahwa jika menggunakan mode D di tanjakan, kalau kita tekan gas mendadak, RPM malah bisa turun dan membuat tenaga hilang. Saya mengalaminya sendiri, untung tanjakannya satu arah. Selalu gunakan mode S atau L untuk tanjakan yang lumayan curam.
  19. Update: dicoba jalan ke Lembang sampai Subang. Enak  bawanya, tidak ngebanting seperti Picanto, tenaga juga enak (saya menggunakan mode S).  Tapi kalau di tanjakannya cukup curam suara mesinnya lumayan keras dan tetap terasa lumayan berat.
  20. Kursi depan sebelah sopir lebih lapang dibandingkan picanto (kata penumpang yang badannya agak besar). Juga di sisi sopir.
  21. Ada penganturan volume di stir,  terpakai jika saya ngobrol dengan istri dan perlu mengecilkan volume dengan cepat. Saat istri sibuk dengan HP, bisa dinaikkan lagi volumenya dengan mudah hehe. Bisa skip lagu juga enak.
  22. Filter kaca lebih bagus, kabin tetap dingin walaupun dijemur di matahari. Apa ini karena pemasangan green tinted atau kaca film bonus yang lebih bagus?
  23. Kaca bisa turun otomatis tapi tidak bisa naik otomatis 😦   Padahal apalah susah nambah fitur ini.
  24. Tidak ada footrest untuk kaki kiri seperti di picanto, sayang sekali padahal kaki kiri jelas menganggur.
  25. Kursi kurang nyaman, keras dibagian pinggang. Mungkin perlu dilapis dan dipertebal. Jok juga tipis sehingga lutut penumpang belakang sampai terasa kalau menempel ke kursi.
  26. Posisi kursi sopir bagi saya kurang pas sehingga paha menggantung. Sayang ketinggian jok tidak dapat diatur. Solusi: menggunakan sepatu dengan sol tebal.
  27. Membuka pintu bagasi  harus dengan kunci atau tuas. Sudah beberapa kali kunci tertinggal, setelah buka langsung ngeloyor 😦  Pernah juga setelah saya buka dengan tuas, eh lupa nutup (karena tidak jadi pake bagasi). Saat nyetir kok ada bunyi “tiit” setiap beberapa menit, ternyata ada peringatan pintu terbuka.
  28. Update Des 2016: Bagasi serius kecil. Awalnya tidak terasa karena kami jarang bawa barang. Tapi begitu antar saudara ke bandara, wah baru terasa. Hanya muat dua koper sedang. Bentuk kaca bagasi yang miring juga membuat bagian atas bagasi tidak bisa dimanfaatkan (tidak bisa menumpuk barang). Akhirnya terpaksa sebagian koper diletakkan di kursi belakang bersama penumpang.
  29. Lapisan stir membuat tangan mudah berkeringat. Perlu segera diganti/dilapis karena menggangu.
  30. AC lebih lemah daripada picanto. Saat awal beli picanto paling hanya menggunakan setelan separuh. Brio ini kadang di siang hari yang panas, setelan suhu harus maksimal dan blower juga harus lebih dari satu. Kalau sedang idle, maka saat kompresor AC nyala juga terdengar di dalam kabin. Suara blower juga keras. Tidak ada pemanas seperti picanto. Memang jarang sih menggunakan pemanas.
  31. Wiper tidak bisa diset intervalnya. Picanto saja ada 😦
  32. Tenaga mundur relatif lemah. Ini yang aneh.  Rumah saya tempat parkirnya agak nanjak. Saat parkir mundur, mobil sempat  ngeloyor ke depan kalau tidak digas. Saat di-gas agak loncat, hampir saja nabrak tembok 😦  Solusinya dengan rem tangan lalu gas ditekan pelan-pelan. Kalau tanjakan maju tidak masalah. Update Okt 2016: akhirnya nabrak pertama (nabrak pot) gara-gara ini. Parkir mundur yang nanjak benar-benar harus jadi hal yang diwaspadai karena gampang sekali loncat.
  33. Ground clearance rendah, tidak sampai sejengkal. Ini mungkin yang buat Brio terasa stabil, tapi efek negatifnya sudah dua kali gasruk di jalanan jelek.
  34. Kecepatan dibatasi dikisaran 140kpj,  tapi belum pernah kena karena baru coba sampai 120kpj. Tapi setuju dengan pembatasan ini, Brio tidak cocok untuk ngebut.
  35. Ban serep full size (tapi dengan velg kaleng) tidak seperti picanto yang kecil seperti ban vespa. Tapi mungkin dampaknya ke bagasi yang mengecil.
  36. Tidak terlalu penting tapi menarik, mobil ini banyak sekali di jalanan. Untuk yang warnanya sama persis saja ada sekitar 5 di kampus saya.  Bandingkan dengan Picanto belang saya yang mungkin hanya ada 3-5 se-Bandung. Positif: mobil saya tidak gampang dikenali di kampus, negatif: istri sering salah mengenali mobil di parkiran hehe.
  37. Update Juli 2017: Supaya enak, Brio ini perlu dipanaskan 5-10 menit sampai RPM-nya dikisaran 800 sebelum digunakan. Ini beda dengan Picanto yang cukup 10 detik-an saja.
  38. Update Nov 2017: cat sangat tipis, gampang baret di bagian pegangan pintu terkena kuku.

Secara umum puas dengan Brio ini, sudah sepadan dengan harganya dan pilihan tepat kalau mau upgrade dari Picanto.

Beberapa hal  yang ada di buku manual tapi jarang dibahas:

  1. Jangan pindah mode gigi sambil menekan gas.
  2. Jangan gunakan gas untuk menahan mobil di tanjakan, gunakanlah rem. Mobil tidak akan mundur kok saat rem diangkat, kecuali sangat curam. Kalau curam gunakan rem tangan.
  3. Jangan pindah ke P atau R saat mobil sedang bergerak.
  4. Indikator temperatur akan berkedip-kedip jika mesin sudah mulai dianggap terlalu panas, dan berubah menjadi nyala nonstop jika mesin kepanasan.
  5. Mode S  di transmisi bukan singkatan dari “Sport”, bukan juga “Second” tapi Drive “S” saja.
  6. Pindah D->N tidak perlu tekan pengunci. Demikian juga dari L->S->D (tapi sebaliknya perlu tekan). Pindah dari R -> D juga tidak perlu (tapi sebaliknya perlu). Saya sih tekan terus tekan tuas pengunci mau dari D ke N atau sebaliknya hehe.
  7. 1000km pertama, mesin jangan terlalu dipaksa.

Mengenai pindah gigi ke N  plus rem tangan saat lampu merah? Di manual tidak ada. Tapi dari yang saya baca sepertinya tidak perlu, bahkan lebih ringan bagi transmisi kalau tetap di D dan injak rem, walaupun tidak signifikan (di manual tidak disebut juga, artinya tidak terlalu beda).  Coba saat lampu merah, masih di D dan injak rem. Setelah beberapa detik, terasa ada perubahan halus pada pedal rem, dugaan saya memang mobil matic dirancang untuk banyak direm seperti ini.  Saya sendiri pindah ke N+rem tangan karena lebih rileks saja untuk menunggu lampu merah yang lama. Kaki di rem kalau kelamaan membuat pegal dan takutnya malah kepeleset dan nabrak kendaraan di depan. Tapi kalau lampu merahnya sebentar, ya injak rem saja.


Update service rutin

Service enaknya booking dulu, telepon kira-kira 3-4 hari sebelum waktu service (karena sering penuh). Enaknya booking tidak perlu antri lagi.

  1. 1 bulan/1000km (Agt 2016): Odometer baru 724km tapi sudah kena batas waktu satu bulan (ada SMS dari Honda). Masih gratis, hanya dicek 30 menit. Oli katanya diganti nanti 10rb km. Tapi Honda ini berbeda dengan KIA, selain km ada batasan waktu juga. Untuk saya pasti yang kena adalah waktu dulu.   Saat tanya filter AC, jawab SA-nya harus pesan dulu. Wah? Ya sudah, saya pesan saja di Tokopedia dan nanti pasang sendiri. Lalu ditawari paket cermat, 3 thn dengan paket yang paling tinggi kenanya 4jt, katanya lebih murah 25% dibandingkan non paket. Beda dengan KIA, ada pengecekan kondisi accu setiap service.
  2. 6 bulan/10rb km (Feb 2017): Odometer baru 3500. Perlu sekitar 2 jam, dengan biaya Rp624rb. Saya pilih oli Gold 5F, katanya paling bagus karena paling encer (0W-20) dan bikin mobil enteng dan paling mahal juga hehe. Tapi ternyata tidak ada beda yang signifikan. Untung saya tidak jadi ambil paket. Jadi untuk service berikutnya, pilih oli yang biasa saja. Saya laporkan masalah bau dari luar yang masuk (terutama kalau dibelakang truk), tapi katanya setelah diperiksa tidak terjadi. Lalu saya mau beli wiper ternyata tidak ada sparepartnya. Update Juli 2017: getaran mesin terasa di stir, halus tapi cukup terasa. Masalah oli? Untuk service rutin berikutnya harus ganti jenis oli yang lain saja.
  3. 1 thn/20rb (Nov 2017). Odometer masih 7500km, jadi dikenakan service 10rb. Ganti oli biru (5w-30?) yang lebih murah,  malah terasa jauh bedanya, suara mesin lebih lembut dan mobil lebih bertenaga.  Beli wiper 180rb. Total sekitar 1.2jt.
  4. Agt 2018. Odometer 11rb km, dikenakan service 20rb. Sekalian recall yang terkait dengan rem. Ada penanganan AC (dibersihkan semua? atau cuma filter?) . Total biaya sekitar 2.2jt. Antri servicenya sampai 3 minggu.
  5. Juli 2019: Odometer  17rb, dikenakan service 30rb. Lebih ke arah  pembersihan, ganti oli dan tune up. Biaya 1.5jt. IMO untuk pemakaian santai seperti saya, service tidak perlu per 6 bulan, cukup 12 bulan sekali saja.
  6. Maret 2021: 2020 kelewat karena Covid. Odometer 22rb, service 40K. Ganti oli transmisi, busi dan accu. Total 2.7jt. Tempat service terasa lebih sepi.
  7. Mei 2022: 25K lupa habis berapa.
  8. Jan 2023:  28K, habis 1.8jt.  Ada bunyi saat mengerem dalam kecepatan rendah, ternyata karena kotor saja katanya.

Catatan tentang perawatan AC

  • Service besar picanto saya setelah 9 tahun bukan di mesin atau transmisi  atau kaki-kaki, tapi malah AC. Jadi untuk selanjutnya saya lebih hati-hati. Sekarang mobil Brio saya ganti sendiri filter kabinnya (bisa lebih sering), karpet dan interior disedot debu sendiri, kondensor juga mau rutin dibersihkan dengan disemprot air, dan tiap 2 tahun sekali ke bengkel AC untuk pembersihan. Saya sempat coba semprot kondensor dengan selang biasa, tapi apa tidak masalah ya kena kipas radiator? fan elektronik soalnya. Yang paling aman sepertinya buka kap mesin, lalu semprot dari tengah-tengah antara radiator dan kondensor ke arah luar.
  • Update Juli 2017: setiap membersihkan mobil, semprot bagian evaporator bagian bawah (semprot lewat depan). Saya lihat paling kotor bagian tersebut, mungkin karena relatif tidak tertutup.
  • Update Feb 2017: Ganti filter AC dan tambah penghilang bau (gel arang). Saya tidak mau menggunakan pewangi karena berdasarkan pengalaman, cairannya bisa merusak dashboard. Foto bawah adalah filter yang saya ganti, waktu itu dipasang Sept 2016 (4 bulanan).  Tidak terlalu kotor sih, karena sudah 2 kali saya sedot debunya  dan warnanya memang coklat. Mungkin sampai 1thn juga masih bisa digunakan. Cuma setelah ganti perasaan sih beda, terasa lebih bersih udaranya (sugesti?) . Nantinya ganti setiap 6 bulan sekali saja.

filterac

  • Pengalaman saya terakhir service AC mobil picanto, memberikan pelajaran bahwa penting untuk mencari bengkel service yang bagus. Waktu itu jok jadi kotor, glove box rusak, prediksi harga dan waktu pekerjaan bergerak terus tidak jelas. Walaupun akhirnya AC bisa dingin, tapi tetap saja ini jadi pengalaman jelek. Setelah tanya di forum, ini rekomendasi bengkel AC di Bandung:
    • Frigia di Jln Naripan dekat Braga. Dari foto sepertinya ini bengkel yang paling profesional, cuma mungkin bakal paling mahal.
    • Pipih Son jl. Karapitan sebelah JNE.
    • Variant AC depan RS Imanuel jln Kopo

Catatan tentang perawatan kaca depan: Bagi saya mobil boleh kotor, tapi kalau kaca depan kotor sangat menggangu (mata jadi susah fokus). Berdasarkan pengalaman dua mobil sebelumnya, gampang sekali bekas hujan jadi permanen. Waktu punya picanto saya gunakan wiper saat masuk masuk garasi jika baru kehujanan. Ini efektir, tapi jeleknya bagian yang tidak kena wiper jadi parah sekali whitespotnya. Lalu karena mungkin ada kotoran di wiper, akhirnya kena baret juga di picanto. Untuk Brio ini saya lebih berhati-hati dan rencananya wiper beli dan diganti sendiri saja. Untuk membersihkan kaca, saya gunakan Optimum No Rinse, efektif tanpa sabun dan untuk body juga buat mengkilap. Update: untuk menghilangkan whitespot tetap susah, saya coba ONR+clay, agak lumayan tapi tetap ada.

Update 20 Sept 2016: Ganti karet wiper karena nggak bersih menyapu air dan bunyinya berdecit. Saat dipegang kok juga lumayan keras karetnya. Trauma pernah kena baret di kaca depan Picanto gara-gara wiper (waktu picanto saya hanya ganti wiper saat service di bengkel resmi, jadi sering telat). Beli yang frameless merk Kanebo, lebih bersih dan lebih lembut karetnya, tidak ada suara decitan lagi. Apa karena memang bahannya lebih bagus atau memang karet wiper bawaan Brio sudah terlalu lama? Soalnya walaupun mobil baru kan tetap saja karet wipernya bisa diambil dari stok lama. Update: Ternyata wipernya jelek, meninggalkan bekas hitam (karetnya luntur). Beli lagi di tokopedia merk lain, sama saja. Ya sudah, nanti ganti di bengkel resmi saja. Update feb17: di bengkel resmi tidak  ada 😦


Update Jan 2017:  Pengalaman saya dengan mobil terdahulu, seringkali tekanan ban sangat kurang karena saya males ke tukang “tambah angin”,  dan walaupun di pompa bensin Shell ada alatnya, seringkali antri. Oleh karena itu saya beli saja online pengukur tekanan ban dan pompa portable, total sekitar 250rb. Alat ukurnya akurat, saya bandingkan dengan alat di bengkel spooring balancing dan hasil ukurannya sama. Sedangkan pompa portablenya jelek kualitasnya (walaupun masih bisa digunakan). Kabelnya panas jika digunakan untuk dua ban, ukuran tekanannya meleset bisa sampai 2psi. Kadang saklar on-offnya macet. Ya memang murah sih 🙂  Untuk Brio standard tekanan adalah 29 depan dan 26 belakang (psi). Tapi biasanya saya isi 31 depan dan belakang 28. Soalnya kurang tekanan lebih berbahaya daripada lebih. Berdasarkan pengamatan, setiap ban mengalami penurunan tekanan sekitar 1psi per bulan, jadi perlu ditambah tekanannya sekitar 2 bulan sekali. Yang saya rasakan stir lebih enak, karena tekanan kiri-kanan bisa dibuat sama persis dan mobil lebih enteng (kurang tekanan dapat berakibat mobil terasa berat)

pompa_ban

Update Des 2016: Dari diskusi di berbagai forum, ternyata ada beberapa perbedaan antara Satya Manual dan CVT/RS  yang “tersembunyi” yaitu (cmiiw, dan mungkin saja nanti berubah):

  1. Versi manual jumlah kipas radiatornya hanya satu dan radiatornya lebih kecil. Beberapa masalah pada Brio keluaran tahun 14/15 adalah overheat karena kipas tidak berfungsi, dan ini sepertinya hanya versi manual yang kena . Gambar berikut memperlihatkan perbandingannya (atas manual, bawah CVT)perbandingan_radiator_brio_manual_cvt
  2. Versi CVT punya air scoop dibawah kap mesin sedangkan manual tidak (gambar bawah)
    airscoop
  3. Versi CVT dan manual punya underbody panel sedangkan RS katanya tidak (gambar bawah)
    underbodypanel

40 tanggapan untuk “Review New Brio Satya E CVT (2016)”

  1. akhirnya berakhir sudah Picanto saga ya pak Yudi. Berkat blognya pak Yudi, saya memutuskan beli Picanto tahun 2010, sampai sekarang masih setia bersama dengan saya, KM masih 46,000 karena hanya kota-kota saja. Jika boleh tau, laku pada harga berapa pak Picanto tahun 2007nya? saya masih sayang banget kalo mau jual Picanto saya dengan KM yang masih rendah ini.

    1. haha, saga, kesannya gimana gitu 🙂

      Picanto saya laku 59, tapi mungkin kalau sabar bisa sampai 62. Ada kejadian yg memaksa menjual cepat (pembeli pertama gagal melunasi, sampai nyangkut sebulan).

      Kalau melihat kondisi pasar kelas minicar sekarang, menurut saya lebih baik dijual secepatnya sih. Setelah Honda, Toyota, Daihatsu, Datsun masuk ke kelas minicar plus kebijakan LGCC, kemungkinan Picanto bisa bertahan kecil (menurut opini pribadi saya ya).

  2. Kang Yudi, Kira-kira Brio ini cocok ga untuk saya keluarga yg sudah beranak 2, kabin misalnya mencukupi tidak ya untuk jumlah anak segitu,. Misalnya ketika harus bawa koper untuk perjalanan jauh, atau stroller ketika ke tempat wisata
    Hatur nuhun sebelumnya kang.

    1. Bagasinya kecil, dan bangku belakang juga kecil. Kalau untuk dalam kota tidak masalah, tapi kalau untuk keluar kota saya pikir akan terasa sempit. Bagusnya sih dilihat dan dicoba sendiri (mampir saja ke dealer honda).

  3. Tq reviewnya pak, lengkap. Saya baru beli juga E CVT, unit diantar sekitar tgl 29 / 30 Des 2016. Salam kenal ya pak. Saya juga di bandung

    1. Kalau cuma berhenti hanya sebentar nggak perlu pindah ke N. Tapi jangan tahan pake gas (dilarang di manual), tetap pake rem kaki. Tapi kalau memang curam banget saya langsung pake rem tangan, lebih ringan bagi mesin dan rem.

  4. salam kenal pak. mau tanya sy punya brio e facelift manual, kebetuln car port di rumah sy jg aga nanjak . mklum bdg nya di ujung berung ke atas. itu klo parkir mundur suka reg regan knp pak ya. sm mau tanya filter ac kmrn saya tanya sa nya jg jawaban nya sm ky komen bpk hrs pake dudukan segala. thx

    1. Memang seperti itu kalau mundur, nanti juga biasa kok (cuma tukang parkir kadang kesel karena seperti orang baru belajar parkir hehe).

      Mengenai filter ac, pasang sendiri sangat gampang. Kiri kanan glove box ditekan ke dalam+turunkan, dgn cutter potong tutup tempat filter ac, pasang filter, tutup dgn selotip dan beres deh. Tapi bagusnya cari yang ada cover, jadi tdk perlu menggunakan selotip lagi. Ini contoh youtubenya: https://www.youtube.com/watch?v=m2E5HHUspmA

  5. pak…. mau tanya….
    utk brio satya E, perlu pasang talang air nggak? trus kalo misalnya velgnya diganti yg ukuran 15 inch seperti di tipe RS bisa nggak ya…
    Sy pingin beli brio sbg mobil pertama saya, tp masih ragu krn terlalu rendah…. modifikadi yg bisa dilakukan agar sedikit lbh tinggi gimana ya……
    thanks

    1. kalau saya sih tidak perlu, kalau kecipratan sedikit air hujan ya biasa saja 🙂
      Untuk masalah velg kurang tahu, soalnya saya aliran 100% standard. Kalau meninggikan saya pernah baca bisa dengan ganti suspensi dan ban. Tapi kalau menurut saya sih, daripada banyak modif lebih baik cari jenis mobil lain yang cocok.

    1. Indikatornya di dashboard. Memang kurang bagus sih (sering kehalang stir). Tapi pernah lihat modifikasi agar di tuasnya bisa nyala kalau malam dengan menambahkan lampu.

  6. Om mau tanya, saya baru pakai Brio rs yang manual, pas di tanjakan puncak kok pas gigi 2 atau bahkan gigi 3 kadang kehilangan power gitu, jadi beberapa kali harus turunin ke gigi 1. itu normal ga ya? Kilometer baru 100

    1. di manual ditulis sebaiknya sebelum 1000km, mobil jangan dipaksa dulu. Mungkin masalah timing pindah gigi? biasanya masih terpengaruh mobil yang dulu dipake sebelumnya.

      1. iya om waktu itu terpaksa harus pakai ke puncak karena kendaraan kurang. mungkin karena belum terbiasa dengan si brio juga.
        Oia untuk filter AC itu plus minusnya apa ya kalo ga dipasang sama dipasang?
        Terima kasih banyak infonya

      2. iya om waktu itu terpaksa harus pakai ke puncak karena kendaraan kurang. mungkin karena belum terbiasa dengan si brio juga.
        Oia untuk filter AC itu plus minusnya apa ya kalo ga dipasang sama dipasang? apakah lebih besar biaya perawatan pakai filter AC atau engga ya
        Terima kasih banyak infonya

      3. Kalau kita pake AC kan udaranya cuma diputar. Dan AC Brio juga nggak punya pilihan ambil udara dari luar (walaupun di Indonesia memang nggak kepake hehe). Jadi sama prinsipnya dengan filter air di kolam. Dengan adanya filter akan membuat udara di kabin akan lebih bersih dan tidak berbau. Dalam jangka panjang menurut saya akan bagus untuk AC juga karena dia mengolah udara yang lebih bersih.

  7. halo pak yudi. terima kasih untuk review lengkapnya. mantap sekali..
    saya ingin bertanya 1 pak dari ulasan pak yudi,
    pada brio ini memang sering sekali ada kasus overheat yg tiba2. nah kebetulan saya baru beli brio januari kemarin versi e/mt. nah dari tulisan pak yudi, saya jadi agak sedikit takut dikarenakan brio manual, hanya mempunyai 1 kipas, sedangkan versi matic ada 2 kipas.
    pertanyaannya, apakah kasus overheat masih berlanjut di brio facelift ini?
    bisa tidak brio manual ditambahkan kipas nya menjadi 2 seperti versi matic?
    terima kasih sekali lagi pak yudi

    1. Paling sering saya baca di brio thn 14 dan 15, mudah2an yg 16 sdh selesai, tapi kalaupun overheat bisa langsung ke bengkel resmi dan diganti gratis. Mengenai tambah kipas, belum pernah baca ada yg melakukan, soalnya ukuran radiatornya juga beda.

      1. Kasus yang sama dengan Satya E MT saya. Setelah diganti, adakah tips untuk menghindari masalah fan ngadat ini Pa Yudi?
        Note: untuk klaim garansi fan, pastikan servis km 10rb dan 20rb di bengkel resmi ya…

  8. Terima kasih reviewnya, Pak. Sebenarnya kepincut dgn brio, tp masih getol cari perbandingan dengan LCGC lainnya.
    Pengalaman saya, servis honda harus dibengkel resmi, sedangkan toyota bisa dibengkel non-resmi dengan pilihan spare part aneka kualitas, yg membuat sy masih ragu memilih brio sebagai mobil pertama sy.

    1. Kalau punya kenalan bengkel atau montir yg bisa dipercaya sih memang bisa. Tapi kalau saya pribadi sudah kapok pake yg non resmi dari jaman suzuki katana dulu, memang murah tapi malah capek dan kesel, akhirnya pake bengkel resminya suzuki. Saat ngurus picanto ke bengkel ac yg nggak jelas juga kena kasus yg sama.

      1. Kuncinya kontaknya katanya di kasih 3 dan udah imobilizer ya pak? Saya rencana mau ambil brio type E cvt, makin yakin setelah baca r3viewnya, sangat bermanfaat buat yg bingung pilih LCGC.

      2. Betul sudah ada imobilizer. Kunci diberi dua, satu ada alarm, satu polos. Untuk alternatif lebih baik testdrive mitsu mirage, katanya banyak discount jadi harganya tdk jauh berbeda.

  9. Mas Yudi apakah tdk berniat utk membuat review honda brio lanjutannya? Kan skrg sudah di tahun 2019? Bagaimana kondisinya saat ini? Apakah ada kendala berarti dlm merawat mobil tsb? Terima kasih

Tinggalkan Balasan ke yudiwbs Batalkan balasan