Ujian: Open atau Close Book?


Update 2023
Saat ini ujian saya jadikan close book. Penyebabnya adalah ChatGPT, Bert dan LLM lainnya. Mahasiswa tinggal memasukkan pertanyaan dan jawabannya langsung keluar, termasuk untuk soal kasus yang membutuhkan analisis dan perancangan. Penggunaan ChatGPT seperti ini membuat ujian open komputer/HP tidak lagi dapat mengukur kompetensi mahasiswa.


Januari 2008

Saya salah satu penganut aliran open book. Setiap ujian saya, pasti open book.

Alasannya sederhana saja. Saya memberikan kuliah untuk calon engineer. Apa pekerjaan utama engineer? Problem solving. Apakah saat lulus nanti, ditempat kerja dia harus melakukan pekerjaannya dengan close book? Nyaris nol kemungkinannya. Paling yang ada perintah seperti ini: “Kerjakan ini, besok pagi harus beres, gunakan semua resources yang ada”.

Sialnya ada masalah juga dengan tipe ujian open book:

  • Mahasiswa jadi malas mempersiapkan ujian. “Ah open book ini” katanya. Padahal ujian open book pasti lebih sulit dari close book. Soal saya sering melibatkan kasus-kasus yang harus dianalisis dan dibuat rancangan solusinya. Kalau tidak mengerti, buku dibolak-balik 100 kali juga pasti tidak bisa. Lagipula waktu ujian biasanya terbatas. “‘Kan open book, bisa belajar saat ujian” adalah pemikiran yang sangat menjebak. Waktu belajar yang satu semester tidak bisa dipadatkan saat ujian.
  • Lebih sulit membuat soal dan lebih sulit lagi memeriksanya. Ada beberapa variasi jawaban yang sama-sama benar. Jawaban panjang-panjang dan tulisan mahasiswa yang jelek+banyak coretan sering membuat pening kepala.

— kembali mengoreksi; 180 lembar ujian, baru beres 1/3 nya, hiks 😦 —

11 tanggapan untuk “Ujian: Open atau Close Book?”

  1. @mathematicse aka Kang Aljupri

    Setujuuu, asli pegel 🙂 tapi alhamdulillah udah beres sekarang.. fuh, sabtu minggu dipake fulltime untuk memeriksa. Plus dibantu istri juga.

  2. @mbel, jelas ada batasan waktu.

    Betul kelihatan, jadinya di kelas saya lebih banyak nilai A,B atau D (berhasil dengan gemilang atau tewas sekalian 🙂 ). Yang dapat nilai C relatif sedikit.

  3. bidang apapun ,baik engineer ataupun sains kalo nanti udah kerja juga akan ngeliat lagi handbooknya. karena ga mungkin semua ilmu itu bisa diserap semuanya. jadi saya pikir alasan itu tidak tepat untuk dijadikan alasan mengadakan ujian open book..

  4. @fandifoks, bener juga. Mungkin bisa dibalik, kalau semua bidang kerja seperti itu mengapa saat kuliah masih ada ujian yang close book ya? Bahkan kuliah S2 pun masih ada yang memberikan ujian close book.

  5. maap..
    numpang komen juga yaa..

    saya mungkin bukan anak ilkom tapi saya juga setuju tuw ma sistem open book, karena kerjaan saya juga nantinya harus n wajib berdasar sumber yg jelas, hehee.. so mau ga mau kudu buka buku..

    yaa..
    tapi close book juga gpplah..
    yg pentingkan dosennya ga nyuruh close eyes, hahahaa..

  6. waahh…pa…
    emang pasti cape meriksanya tuh,,
    butuh konsentrasi dan ketelitian yang tinggi biar nilai yang diberikan sesuai..

    makannya pa,,
    sekali-sekali close book juga boleh, katanya close book lebih mudah dibanding open book kan??

    tapi sebenernya persamaan close book dan open book adalah sama-sama tetep aja bisa saling nyontek2an…
    udah dikasih open book tapi tetep aja ganggu temennya yang lagi konsen ngerjain, memposisikan duduk di depan, tetep aja nendang-nendang kursi…
    *merasa jadi korban*

    dari ujian2 yang saya lewati, pengawasan kurang ketat…

  7. wew..dian (dEe sHaMaY) ….mendingan open book tp dibawa pulang… ^^ hehehe….tp susah dimungkinkan yah…

    kalau soal closed book lebih mudah dari open book setuju juga sih…tapi tergantung orangnya juga c….kalau orang tersebut belajar sih bisa” aja…hehehheeh

  8. setuju open book lah, dengan konsekwensi gak ada istilah ask friend, cheating, take home, dan ujian perbaikan (hehe..0)

    kan, udah open book, kebangetan atuh…

Tinggalkan Balasan ke yudiwbs Batalkan balasan